MAKALAH SEJARAH KERAJAAN MATARAM KUNO

 KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Makalah ini. Makalah ini merupakan hasil , untuk belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang “SEJARAH MATARAM KUNO” berikut. Penyusunan Makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan para remaja terutama para siswa dan siswi SMA N 1 BANJAR.

Dengan adanya Makalah ini diharapkan dapat membantu para siswa dan siswi SMA N 1 BANJAR.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan dan menyempurnakan Makalah ini.

Banyuatis, 10 Oktober 2022

 

 

Penyusun

 

 

 

 



 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang........................................................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah.................................................................................................... 2

C.     Tujuan...................................................................................................................... 2

D.    Manfaat................................................................................................................... 2

BAB  II PEMBAHASAN

A.    Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno.......................................................... 3

B.     Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno.................................................. 4

C.     Masa Kejayaan Mataram Kuno............................................................................... 6

D.    Runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno...................................................................... 6

E.     Peninggalan - Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno............................................. 7

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan.............................................................................................................. 9

B.     Saran........................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 13

           


BAB 1

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang Masalah

Kerajaan Mataram kuno adalah kerajaan zaman hindu yang banyak meninggalkan sejarah melalui prasasti yang ditemukan. Sejak abad 10 kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dimulai dari pemerintahan Mpu Sindok yang kemudian di gantikan oleh Sri Lokapala. Selanjutnya adalah Makuthawangsa Wardhana, terakhir adalah Dharmawangsa Teguh sebagai penutup Kerajaan Mataram Kuno atau medang.

            Secara umun kerajaan Mataram Kuno pernah di pimpin oleh 3 dinasti yang pernah berkuasa pada waktu itu, yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Sailendra, dan Wangsa Isyana. Wangsa Isyana merupakan dinasti yang berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno setelah berpindah dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.

Mataram Kuno atau Mataram (Hindu) merupakan sebutan untuk dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra, yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan. Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya pada tahun 732. Beberapa saat kemudian, Dinasti Syailendra yang bercorak Buddha Mahayana didirikan oleh Bhanu pada tahun 752. Kedua dinasti ini berkuasa berdampingan secara damai.

 Nama Mataram sendiri pertama kali disebut pada prasasti yang ditulis di masa raja Balitung. Pada umumnya para sejarawan menyebut ada tiga dinasti yang pernah berkuasa di Kerajaan Medang, yaitu Wangsa Sanjaya dan Wangsa Sailendra pada periode Jawa Tengah, serta Wangsa Isyana pada periode Jawa Timur.

Istilah Wangsa Sanjaya merujuk pada nama raja pertama Medang, yaitu Sanjaya. Dinasti ini menganut agama Hindu aliran Siwa. Menurut teori van Naerssen, pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran (pengganti Sanjaya sekitar tahun 770-an), kekuasaan atas Medang direbut oleh Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana.

Mulai saat itu Wangsa Sailendra berkuasa di Pulau Jawa, bahkan berhasil pula menguasai Kerajaan Sriwijaya di Pulau Sumatra. Sampai akhirnya, sekitar tahun 840-an, seorang keturunan Sanjaya bernama Rakai Pikatan berhasil menikahi Pramodawardhani putri mahkota Wangsa Sailendra. Berkat perkawinan itu ia bisa menjadi raja Medang, dan memindahkan istananya ke Mamrati. Peristiwa tersebut dianggap sebagai awal kebangkitan kembali Wangsa Sanjaya.

Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berdiri sejak awal abad ke-8, Pada awal berdirinya, kerjaan ini berpusat di Jawa Tengah. Akan tetapi, pada abad ke-10 pusat Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur. Kerajaan Mataram Kuno mempunyai dua latar belakang keagamaan yang berbeda, yakni agama Hindu dan Buddha.

Peninggalan bangunan suci dari keduanya, antara lain Candi Gedong Sanga, Kompleks Candi Dieng, dan Kompleks Candi Prambanan yang berlatar belakang Hindu. Adapun yang berlatar belakang agama Buddha, antara lain Candi Kalasan, Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Sewu, dan Candi Plaosan.

 

 

B.     Rumusan Masalah

                  1.      Bagaimana sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno ?

                  2.      Bagaimana proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno ?

3.      Bagaimana Masa kejayaan mataram kuno?

4.      Apa penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno ?

5.      Apa saja peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno?

 

C.    Tujuan

            1.    Mengetahui sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

2.    Mengetahui proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno

3.    Mengetahui Masa kejayaan mataram kuno

4.    Mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno

5.    Mengetahui peninggalan - peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

 

D.    Manfaat

         Manfaatnya antara lain yaitu mengetahui peninggalan sejarah kerajaan   Mataram serta mengetahui aspek kesejahteraan pada masa Kerajaan Mataram

 

 

 

 

 

 

 


 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    Sejarah Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

 

Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.

Kerajaan Mataram Kuno terkenal keunggulannya dalam pembangunan candi agama Budha dan Hindu. Candi yang diperuntukan bagi agama Budha antara lain Candi Borobudur, yang dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Hindu yang dibangun antara lain Candi RoroJongrang di Prambanan, yang dibangun oleh Raja Pikatan. Pada zaman pemerintahan Raja Rakai Wawa terjadi banyak kekacauan di daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno sementara ancaman dari luar mengintainya. Keadaan menjadi semakin buruk setelah kematian sang raja akibat perebutan kekuasaan di kalangan istana. Akhirnya, pengganti Raja Wawa yang bernama Mpu Sindok mengambil keputusan untuk memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Di sana ia membangun sebuah dinasti baru yang bernama Isyana.

Kerajaan mataram kuno dipimpin pertama kali oleh Raja Sanjaya yang terkenal sebagai seorang raja yang besar. Ia adalah penganut Hindu Syiwa yang taat. Setelah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya meninggal dunia, beliau kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Sankhara yang bergelar Rakai Panangkaran Dyah Sonkhara Sri Sanggramadhanjaya. Raja Panangkaran lebih progresif dan bijaksana daripada Sanjaya sehingga Mataram Kuno lebih cepat berkembang. Daerah-daerah sekitar Mataram Kuno segera ditaklukkan, seperti kerajaan Galuh di Jawa Barat dan Kerajaan Melayu di Semenanjung Malaya.Ketika Rakai Panunggalan berkuasa, kerajaan Mataram Kuno mulai mengadakan pembangunan beberapa candi megah seperti candi Kalasan, candi Sewu, candi Sari, candi Pawon, candi Mendut, dan Candi Borobudur.

Kemudian setelah Rakai Panunggalan meninggal, beliau digantikan oleh Rakai Warak. Pada zaman pemerintahan Rakai Warak, ia lebih mengutamakan agama Buddha dan Hindu sehingga pada saat itu banyak masyarakat yang mengenal agama tersebut. Setelah Rakai Warak meninggal kemudian digantikan oleh Rakai Garung.

Setelah Rakai Garung meninggal ia digantikan oleh Rakai Pikatan. Berkat kecakapan dan keuletan Rakai Pikatan, semangat kebudayaan Hindu dapat dihidupkan kembali. Kekuasaannya pun bertambah luas meliputi seluruh Jawa Tengah dan Jawa Timur serta ia pun memulai pembangunan candi Hindu yang lebih besar dan indah yaitu candi Prambanan (Candi Lara Jonggrang) di desa Prambanan. Setelah Raja Pikatan wafat ia digantikan oleh Rakai Kayuwangi. Pada masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Kerajaan banyak menghadapi masalah dan berbagai persoalan yang rumit sehingga timbullah benih perpecahan di antara keluarga kerajaan. Selain itu zaman keemasan Mataram Kuno mulai memudar serta banyak terjadi perang saudara.

 

B.     Proses Berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno

     

       Perkembangan Kerajaan Mataram Kuno dibagi menjadi 2 :

      

       a.  Dinasti Sanjaya

Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.

Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.

Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.

 

b. Dinasti Syailendra

Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.

Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.

Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.

Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

 

 

C.    Masa Kejayaan Mataram Kuno

 

Kerajaan Mataram Kuno yang telah berjaya di bawah pemerintahan Raja Sanjaya dan Raja Rakai Pangkaran semakin berjaya ketika Raja Sindok memindahkan ibukota kerajaan Mataran Kuno ke wilayah hilir Sungai Brantas di Jawa Timur pada tahun 929 M. Pemindahan ibukota tersebut dilakukan karena wilayah Sungai Brantas masih merupakan wilayah kekuasaan kerajaan serta dengan pertimbangan wilayah Sungai Brantas yang sangat strategis. Letak strategis Sungai Brantas adalah karena kesuburan tanahnya sehingga sangat cocok untuk dijadikan sebagai lahan pertanian. Selain itu, Sungai Brantas yang lebar sangat berguna untuk digunakan sebagai akses lalu lintas pelayaran menuju Laut Jawa.

 

Kerajaan Mataram Kuno atau dikenal juga dengan sebutan kerajaan Medang Kawulan meraih puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Raja Balitung yang memerintah pada tahun 898 M hingga tahun 910 M. Kejayaan Kerajaan Mataram dapat dilihat dengan ditaklukkannnya wilayah – wilayah yang berada di sebelah Timur kerajaan Mataram Kuno. Kekuasaan kerajaan ini kemudian berkembang hingga ke wilayah Bagelen di Jawa Tengah hingga ke Malang di Jawa Timur.

 

Berikut ini adalah daftar raja-raja Kerajaan Mataram Kuno (kerajaan Medang) yang dimulai dari ketika beribukota di Bhumi Mataram hingga berakhir di Watan, antara lain:

1.       Raja Sanjaya

2.       Raja Rakai Panangkaran

3.       Raja Rakai Panunggalan atau Dharanindra

4.       Raja Rakai Warak atau Samaragrawira

5.       Raja Rakai Garung atau Samaratungga

6.       Raja Rakai Pikatan

7.       Raja Rakai Kayuwangi atau Dyah Lokapala

8.       Raja Rakai Watuhumalang

9.       Raja Rakai Watukura Dyah Balitung

10.   Raja Mpu Daksa

11.   Raja Rakai Layang Dyah Tulodong

12.   Raja Rakai Sumba Dyah Wawa

13.   Raja Mpu Sindok

14.   Raja Sri Lokapala

15.   Raja Makuthawangsawardhana

16.   Raja Dharmawangsa Teguh

 

D.    Penyebab runtuhnya Kerjaan Mataram Kuno

 

Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :

  1.  Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.

 2. Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.

 3. Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.

 

Mpu Sindok mempunyai jabatan sebagai Rake I Hino ketika Wawa menjadi raja di Mataram, lalu pindah ke Jawa timur dan mendirikan dinasti Isyana di sana dan menjadikan Walunggaluh sebagai pusat kerajaan. Mpu Sindok yang membentuk dinasti baru, yaitu Isanawangsa berhasil membentuk Kerajaan Mataram sebagai kelanjutan dari kerajaan sebelumnya yang berpusat di Jawa Tengah. Mpu Sindok memerintah sejak tahun 929 M sampai dengan 948 M.Sumber sejarah yang berkenaan dengan Kerajaan Mataram di Jawa Timur antara lain prasasti Pucangan, prasasti Anjukladang dan Pradah, prasasti Limus, prasasti Sirahketing, prasasti Wurara, prasasti Semangaka, prasasti Silet, prasasti Turun Hyang, dan prasasti Gandhakuti yang berisi penyerahan kedudukan putra mahkota oleh Airlangga kepada sepupunya yaitu Samarawijaya putra Teguh Dharmawangsa.

 

E.     Peninggalan Kerajaan Mataram

 

Candi Sewu Terletak di kawasan sekitar candi Prambanan, tepatnya di   Desa Bugisan, Kec. Prambanan, Kab. Klaten, Jawa Tengah. Candi Sewu adalah candi Budha terbesar kedua setelah Borobudur.

 

Candi Arjuna Terletak di kompleks Percandian Arjuna,tepatnya di Dataran Tinggi Dieng, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi Hindu satu ini mirip dengan candi-candi di kompleks Gedong Sanga.

           

Candi Bima Terletak di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah. Candi ini dikatakan memiliki banyak keunikan, misalnya dalam hal arsitekturnya yang mirip dengan candi-candi yang ada di India.

                                  

Candi Borobudur Candi peninggalan Kerajaan Mataram Lama yang satu ini sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia sebagai candi Budha terbesar yang pernah ada. Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah dan diperkirakan berasal dari ke 8 Masehi.

                                      

Candi Mendut merupakan candi peninggalan Agama Budha yang diperkirakan dibangun sejak Mataram berada di bawah kepemimpinan Raja Indra dari Dinasti Syailendra. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah.

 

            

Candi Pawon Jika Borobudur, Mendut, dan Pawon dilihat dari atas, ketiganya terletak di satu garis lurus. Inilah yang membuat para ahli merasa keheranan. Candi pawon masih belum diketahui secara jelas asal-usulnya karena bukti sejarah yang ditemukan masih sangat terbatas.

                                      

Candi Puntadewa Candi yang terletak di kompleks candi Arjuna ini juga merupakan candi peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Candi bercorak Hindu ini mempunyai ukuran kecil tapi terlihat tinggi.

                     

Candi Semar Candi Semar terletak berhadapan langsung dengan Candi Arjuna. Bentuknya segiempat membujur arah Utara – Selatan dengan tangga masuknya berada di sisi Timur dan Barat.

                    

Prasasti Kerajaan Mataram

 

Prasasti Sojomerto ( sekitar Abad ke 7) Prasasti berbahasa Melayu Kuno yang ditemukan di desa Sojomerto, Kabupaten Pekalongan ini menjelaskan bahwa Syailendra adalah penganut agama Budha. Prasasti Sojomerto

            Prasasti Kalasan (778 M) Prasasti ini berisi tentang kabar seorang raja Dinasti

Syailendra yang membujuk Rakai Panangkaran agar mendirikan bangunan suci untuk

Dewi Tara dan sebuah vihara bagi para pendeta Budha.

 

            Prasasti Klurak (782 M) Prasasti yang ditemukan di daerah Prambanan ini berisi

tentang berita pembuatan arca Manjusri sebagai wujud Sang Budha, Wisnu, dan

Sanggha. Prasasti peninggalan Kerajaan Mataram Kuno ini juga menyebut nama Raja

Indra sebagai raja yang berkuasa pada saat itu.

             

Prasasti Ratu Boko (856 M) Prasasti ini berisi berita kekalahan Balaputra Dewa dalam perang melawan kakaknya Rakai Pikatan atau Pramodhawardani dalam perebutan kekuasaan.

            

 

Prasasti Nalanda (860 M) Prasasti ini berisi tentang asal-usul Balaputra Dewa yang adalah cucu dari Raja Indra dan putra dari Raja Samarottungga.

            

Prasasti Cangal (732 M) Prasasti ini ditemukan di Gunung Wukir, Desa Canggal. Isinya berupa peringatan pembuatan lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.

             

 

 

BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

1.      Sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Kuno diperkirakan berada di wilayah aliran sungai-sungai Bogowonto, Progo, Elo, dan Bengawan Solo di Jawa Tengah. Keberadaan kerajaan ini dapat diketahui dari Prasasti Canggal. Prasasti berangka tahun 732 Masehi ini menyebutkan bahwa kerajaan itu pada awalnya dipimpin oleh Sana. Setelah kematiannya, tampuk kekuasaan dipegang oleh keponakannya, Sanjaya. Pada masa pemerintahan Sri Maharaja Rakai Panangkaran berdiri pula sebuah dinasti baru di Jawa Tengah, yaitu Dinasti Syailendra yang beragama Budha. Perkembangan kekuasaan dinasti tersebut di bagian selatan Jawa Tengah menggeser kedudukan Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu hingga ke bagian tengah Jawa Tengah. Akhirnya, untuk memperkuat kedudukan masing-masing, kedua dinasti itu sepakat bergabung. Caranya adalah melalui pernikahan antara Raja Putri Pramodharwani dari pihak Syailendra dengan Rakai Pikatan dari dinasti saingannya.

                       

2.    proses berkembangnya Kerajaan Mataram Kuno

a.      Dinasti Sanjaya

        Istilah Wangsa Sanjaya diperkenalkan oleh sejarawan bernama Dr. Bosch     dalam karangannya yang berjudul Sriwijaya, de Sailendrawamsa en de Sanjayawamsa (1952). Ia menyebutkan bahwa, di Kerajaan Medang terdapat dua dinasti yang berkuasa, yaitu dinasti Sanjaya dan Sailendra. Istilah Wangsa Sanjaya merujuk kepada nama pendiri Kerajaan Medang, yaitu Sanjaya yang memerintah sekitar tahun 732. Berdasarkan Prasasti Canggal (732 M) diketahui Sanjaya adalah penerus raja Jawa Sanna, menganut agama Hindu aliran Siwa, dan berkiblat ke Kunjarakunja di daerah India, dan mendirikan Shivalingga baru yang menunjukkan membangun pusat pemerintahan baru.

Menurut penafsiran atas naskah Carita Parahyangan yang disusun dari zaman kemudian, Sanjaya digambarkan sebagai pangeran dari Galuh yang akhirnya berkuasa di Mataram. Ibu dari Sanjaya adalah Sanaha, cucu Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga di Jepara. Ayah dari Sanjaya adalah Sena/Sanna/Bratasenawa, raja Galuh ketiga. Sena adalah putra Mandiminyak, raja Galuh kedua (702-709 M). Dikemudian hari, Sanjaya yang merupakan penerus Kerajaan Galuh yang sah, menyerang Galuh dengan bantuan Tarusbawa, raja Sunda. Penyerangan ini bertujuan untuk melengserkan Purbasora. Saat Tarusbawa meninggal pada tahun 723, kekuasaan Sunda dan Galuh berada di tangan Sanjaya. Di tangannya, Sunda dan Galuh bersatu kembali. Tahun 732, Sanjaya menyerahkan kekuasaan Sunda-Galuh kepada putranya Rarkyan Panaraban (Tamperan). Di Kalingga, Sanjaya memegang kekuasaan selama 22 tahun (732-754), yang kemudian diganti oleh puteranya dari Déwi Sudiwara, yaitu Rakai Panangkaran. Secara garis besar kisah dari Carita Parahyangan ini sesuai dengan prasasti Canggal. Rakai Panangkaran dikalahkan oleh dinasti pendatang dari Sumatra yang bernama Wangsa Sailendra. Berdasarkan penafsiran atas Prasasti Kalasan (778 M), pada tahun 778 raja Sailendra yang beragama Buddha aliran Mahayana memerintah Rakai Panangkaran untuk mendirikan Candi Kalasan.

Sejak saat itu Kerajaan Medang dikuasai oleh Wangsa Sailendra. Sampai akhirnya seorang putri mahkota Sailendra yang bernama Pramodawardhani menikah dengan Rakai Pikatan, seorang keturunan Sanjaya, pada tahun 840–an. Rakai Pikatan kemudian mewarisi takhta mertuanya. Dengan demikian, Wangsa Sanjaya kembali berkuasa di Medang.

 

b. Dinasti Syailendra

       Selama ini kerajaan Medang dianggap diperintah oleh dua wangsa sa Sailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Siwa, pendapat ini pertama kali diperkenalkan oleh Bosch. ada awal era Medang atau Mataram Kuno, wangsa Sailendra cukup dominan di Jawa Tengah. Menurut para ahli sejarah, wangsa Sanjaya awalnya berada di bawah pengaruh kekuasaan wangsa Sailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah. Sementara Poerbatjaraka menolak anggapan Bosch mengenai adanya dua wangsa kembar berbeda agama yang saling bersaing ini. Menurutnya hanya ada satu wangsa dan satu kerajaan, yaitu wangsa Sailendra dan Kerajaan Medang. Sanjaya dan keturunannya adalah anggota Sailendra juga. Ditambah menurut Boechari, melalui penafsirannya atas Prasasti Sojomerto bahwa wangsa Sailendra pada mulanya memuja Siwa, sebelum Panangkaran beralih keyakinan menjadi penganut Buddha Mahayana.

Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Sailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih. Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Budha (Sailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara. Berdasarkan penafsiran atas prasasti Canggal (732 M) Sanjaya memang mendirikan Shivalingga baru (Candi Gunung Wukir), artinya ia membangun dasar pusat pemerintahan baru. Hal ini karena raja Jawa pendahulunya, Raja Sanna wafat dan kerajaannya tercerai-berai diserang musuh. Saudari Sanna adalah Sannaha, ibunda Sanjaya, artinya Sanjaya masih kemenakan Sanna. Sanjaya mempersatukan bekas kerajaan Sanna, memindahkan ibu kota dan naik takhta membangun kraton baru di Mdang i Bhumi Mataram. Hal ini sesuai dengan adat dan kepercayaan Jawa bahwa kraton yang sudah pernah pralaya, diserang, kalah dan diduduki musuh, sudah buruk peruntungannya sehingga harus pindah mencari tempat lain untuk membangun kraton baru.

Hal ini serupa dengan zaman kemudian pada masa Mataram Islam yang meninggalkan Kartasura yang sudah pernah diduduki musuh dan berpindah ke Surakarta. Perpindahan pusat pemerintahan ini bukan berarti berakhirnya wangsa yang berkuasa. Hal ini sama dengan Airlangga pada zaman kemudian yang membangun kerajaan baru, tetapi ia masih merupakan keturunan wangsa penguasa terdahulu, kelanjutan Dharmawangsa yang juga anggota wangsa Isyana. Maka disimpulkan meski Sanjaya memindahkan ibu kota ke Mataram, ia tetap merupakan kelanjutan dari wangsa Sailendra yang menurut prasasti Sojomerto didirikan oleh Dapunta Selendra. Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri Dharmasetu, Maharaja Sriwijaya. Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita.

Pada tahun 790, Sailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja Selatan), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun. Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833). Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia. Dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, Samaratungga memiliki putri bernama Pramodhawardhani dan putra bernama Balaputradewa. Balaputra kemudian memerintah di Sriwijaya, maka selain pernah berkuasa di Medang, wangsa Sailendra juga berkuasa di Sriwijaya.

 

3.      Rakyat Mataram menggantungkan kehidupannya pada hasil pertanian.   Hal ini mengakibatkan banyak kerajaan-kerajaan serta daerah lain yang saling mengekspor dan mengimpor hasil pertaniannya.Usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil pertanian telah dilakukan sejak masa pemerintahan Rakai Kayuwangi. Yang diperdagagkan pertama-tama hasil bumi, seperti beras, buah-buahan, sirih pinang, dan buah mengkudu.Juga hasil industry rumah tangga, seperti alat perkakas dari besi dan tembaga, pakaian,paying,keranjang, dan barang-barang anyaman, gula, arang, dan kapur sirih. Binatang ternak seperti kerbau, sapi, kambing, itik, dan ayam serta telurnya juga di perjual belikan.

 

4.      Runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh beberapa faktor :

a.       Pertama, disebabkan oleh letusan gunung Merapi yang mengeluarkan lahar. Kemudian lahar tersebut menimbun candi-candi yang didirikan oleh kerajaan, sehingga candi-candi tersebut menjadi rusak.

b.      Kedua, runtuhnya kerajaan Mataram disebabkan oleh krisis politik yang terjadi tahun 927-929 M.

c.        Ketiga, runtuhnya kerajaan dan perpindahan letak kerajaan dikarenakan pertimbangan ekonomi. Di Jawa Tengah daerahnya kurang subur, jarang terdapat sungai besar dan tidak terdapatnya pelabuhan strategis.Sementara di Jawa Timur, apalagi di pantai selatan Bali merupakan jalur yang strategis untuk perdagangan, dan dekat dengan daerah sumber penghasil komoditi perdagangan.

 

5.      Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

      CANDI

·  Candi Sewu

·  Candi Arjuna

·  Candi Bima

·  Candi Borobudur

·  Candi Mendut

·  Candi Pawon

·  Candi Puntadewa

·  Candi Semar

PRASASTI

·  Prasasti Kerajaan Mataram

·  Prasasti Sojomerto

·  Prasasti Kalasan

·  Prasasti Klurak

·  Prasasti Ratu Boko

·  Prasasti Nalanda

·  Prasasti Cangal

 

 

B.     Saran

Kerajaan Mataram kuno mempunyai banyak peninggalan seperti Candi ataupun Prasasti.Selain itu dapat mengetahui lebih dalam tentang kerajaan-kerajaan hindu-budha di Indonesia khususnya Kerajaan Kalingga.Kita sebagai penerus harus bisa melestarikannya serta menjaga peninggalan-peninggalannya.


 

DAFTAR PUSTAKA

 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_mataram

http://vracarsa.blogspot.co.id/2016/06/sejarah-kerajaan-mataram-kerajaan-mataram.html?m=1

http://viliakartika.blogspot.co.id/2014/04/makalah-kerajaan-mataram-.html

http://rifdakamila05.blogspot.co.id/2015/04/kerajaan-mataram-tallo-lengkap.html

http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/12/15-peninggalan-kerajaan-    mataram-kuno.html

Info Klise Saya hanyalah seorang blogger biasa yang jauh dari kata sempurna dan disini saya ingin berbagi pengalaman pribadi kepada pembaca melalui blog ini. Ilmu yang bermanfaat harus dibagikan kepada orang lain, agar bisa dijadikan sbuah pembelajaran dan termotivasi.

0 Response to "MAKALAH SEJARAH KERAJAAN MATARAM KUNO"

Post a Comment

Silakan Tinggalkan Komentar Anda

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

loading...

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...