100+ Kumpulan Puisi Terupdate
Semuanya terangkum dalam kumpulan puisi pendek yang kebanyakan adalah contoh puisi bebas pendek. Kamu tinggal memilah dan memilih puisi sesuai dengan keinginan kamu.
Puisi Pendek: Kita Satu
Kita hanyalah benih yang saling tindih
Lalu tumbuh melalui beberapa musim yang utuh
Berselang pun menjulang
Lantas saling tumbang
Dan hanya satu yang berdiri
Seraya meratap tanpa henti
Lalu tumbuh melalui beberapa musim yang utuh
Berselang pun menjulang
Lantas saling tumbang
Dan hanya satu yang berdiri
Seraya meratap tanpa henti
Puisi Cinta Islami Pendek: Bayang di Balik Tirai
Khusyuk melebur dzikir
Menunduk penuh harap
Memecah batu di dada
Menguping kisah bayang
Di balik tirai
Para pecinta mabuk kepayang
Pada bait bait penghambaan
Hingga sirnah rasa ingin segala yang nampak di mata
Mempertemukan wajah hamba
Dengan Sang Kekasih
Cahaya di atas Cahaya
Menunduk penuh harap
Memecah batu di dada
Menguping kisah bayang
Di balik tirai
Para pecinta mabuk kepayang
Pada bait bait penghambaan
Hingga sirnah rasa ingin segala yang nampak di mata
Mempertemukan wajah hamba
Dengan Sang Kekasih
Cahaya di atas Cahaya
Puisi Pende: Dalam Kardus Inovasi
Abu rokok ditumpuk-tumpuk
Rencananya dijadikan pupuk
Usul punya usul lebih baik
Dibikin kerupuk
Rasanya pasti kriyuk kriyuk
Kalo tak paham jangan mangguk mangguk
Rencananya dijadikan pupuk
Usul punya usul lebih baik
Dibikin kerupuk
Rasanya pasti kriyuk kriyuk
Kalo tak paham jangan mangguk mangguk
Puisi Pendek tentang Alam: Longsor
Dinding bukit terkelupas
Menggelinding bebatuan
Tanah berlumpur
Menutup jalan
Roda roda tertahan
Wajah wajah murung
Lelah menunggu
Sebagian mengumpat
Para penebang pohon
Ini salah mereka memperkosa
Keperawanan hutan lindung
Setelah puas
Tak meninggalkan benih
Menggelinding bebatuan
Tanah berlumpur
Menutup jalan
Roda roda tertahan
Wajah wajah murung
Lelah menunggu
Sebagian mengumpat
Para penebang pohon
Ini salah mereka memperkosa
Keperawanan hutan lindung
Setelah puas
Tak meninggalkan benih
Maghrib di Ujung Kota
Dua lelaki mengejar detik
Menguning di ufuk timur
Aroma basah sepanjang jalan
Selepas hujan mengeram debu
Menggenang dalam kubangan
Sesekali melambatkan langkah
Langit menghitam kian khawatir
Akankah sampai di awal rakaat ?
Menguning di ufuk timur
Aroma basah sepanjang jalan
Selepas hujan mengeram debu
Menggenang dalam kubangan
Sesekali melambatkan langkah
Langit menghitam kian khawatir
Akankah sampai di awal rakaat ?
Puisi Singkat dan Sajak Hujan
Perlahan menipis gumpalan
Awan langit memutih
Tergenang di kolam penampungan
Sorot mata bocah pengungsi
Berbinar binar
Sepanjang jalan bersorak sorak
Basah badan menarik gerobak
Jirigen jirigen air tertata rapi
Tanah kita tak kering lagi
Hujan telah kembali
Awan langit memutih
Tergenang di kolam penampungan
Sorot mata bocah pengungsi
Berbinar binar
Sepanjang jalan bersorak sorak
Basah badan menarik gerobak
Jirigen jirigen air tertata rapi
Tanah kita tak kering lagi
Hujan telah kembali
Puisi Pendek tentang Kehidupan: Bermegah-Megah
Wajah-wajah tengadah
Seperti sampah di hadapan raja
Hati gudah mengharap berkah
Dari Rosul utama dan mulia
Kehidupan terus menjajah
Mengelincirkan langkah bermegah-megah
Berbalut resah terus mengejar sampah
Pada akhirnya terengah-engah salah-salah
Tahu tetapi tidak mau
Mau tetapi tidak tahu
Berpegah rajah-rajah
Membuai angan siluman
Pada akhirnya semua tahu
Ketika badan membujur kaku
Sedari awal sudah tahu
Berlaga belagu dan dungu
Seperti sampah di hadapan raja
Hati gudah mengharap berkah
Dari Rosul utama dan mulia
Kehidupan terus menjajah
Mengelincirkan langkah bermegah-megah
Berbalut resah terus mengejar sampah
Pada akhirnya terengah-engah salah-salah
Tahu tetapi tidak mau
Mau tetapi tidak tahu
Berpegah rajah-rajah
Membuai angan siluman
Pada akhirnya semua tahu
Ketika badan membujur kaku
Sedari awal sudah tahu
Berlaga belagu dan dungu
Puisi Pendek: Dingin
Sunyi, hanya suara rintik hujan
Kulihat malam semkin kelam
Hmm cuacamu semkin aduhai
Buatku nyaman dalam pembaringan
Menatap lampu kamarku
Melihat sekelilingku, aku sendiri
Udara semakin dingin kurasa
Kutarik selimut
Kuambil bantal
Setia temani tidurku
Dingin, semakin dingin
Lelapkanlah aku dalam tidurku
Kulihat malam semkin kelam
Hmm cuacamu semkin aduhai
Buatku nyaman dalam pembaringan
Menatap lampu kamarku
Melihat sekelilingku, aku sendiri
Udara semakin dingin kurasa
Kutarik selimut
Kuambil bantal
Setia temani tidurku
Dingin, semakin dingin
Lelapkanlah aku dalam tidurku
Puisi Pendek Sedih: Gundah
Jejakmu semakin jelas
Di saat kau mulai aku lepas
Bagai nafas
Kau terus hadir tanpa lelah
Pelipur jiwa yang gundah
Masih pantaskah aku merindumu
Sementara arahku kian tak tentu
Jika ada kesempatan kedua
Izinkan aku tuk kembali padamu
Merajur kisah kasih sendu
Yang dulu selalu kurindu
Di saat kau mulai aku lepas
Bagai nafas
Kau terus hadir tanpa lelah
Pelipur jiwa yang gundah
Masih pantaskah aku merindumu
Sementara arahku kian tak tentu
Jika ada kesempatan kedua
Izinkan aku tuk kembali padamu
Merajur kisah kasih sendu
Yang dulu selalu kurindu
Puisi Singkat Lelaki Dalam Gelas
Aduhai lelaki perkasa
Tersenyum manis
Tanpa gula
Sehabis keramas
Mengunyah ampas
Kopi sisa
Yang penting ada sebatang surya
Asap tebal bikin puas
Tak sarapan tak apa
Walau dikata istri berbahaya
Setiap hari ratusan pabrik rokok
Membunuh jutaan manusia indonesia
Kenapa gak ditutup aja pabriknya ?
Tersenyum manis
Tanpa gula
Sehabis keramas
Mengunyah ampas
Kopi sisa
Yang penting ada sebatang surya
Asap tebal bikin puas
Tak sarapan tak apa
Walau dikata istri berbahaya
Setiap hari ratusan pabrik rokok
Membunuh jutaan manusia indonesia
Kenapa gak ditutup aja pabriknya ?
Puisi Patah Hati Pendek: Karangan Bungaku
Bunga yang ku ikat
Dan yang kukarang sedemikian Indah
Bukan untuk siapa
Melainkan untuk hatiku
Yang sudah dalam terkubur
Gelap Setelah kepergianmu
Dan yang kukarang sedemikian Indah
Bukan untuk siapa
Melainkan untuk hatiku
Yang sudah dalam terkubur
Gelap Setelah kepergianmu
Puisi Singkat: Cerita Senja
Saat senja bercerita
Aku mendengarnya
Meskipun riuh hujan basahi bumi
Ibu pertiwi pun gembira saat katak bernyanyi
Tertawa riang saat dunia mulai senang
Meskipun gelap kini hadir
Kutau itu takdir
Meski nyiur melambai
Angin yang menjamahnya.
Aku mendengarnya
Meskipun riuh hujan basahi bumi
Ibu pertiwi pun gembira saat katak bernyanyi
Tertawa riang saat dunia mulai senang
Meskipun gelap kini hadir
Kutau itu takdir
Meski nyiur melambai
Angin yang menjamahnya.
Contoh Puisi Pendek tentang Alam: Negeri di Awan
Aku melihat
Gunung-gunungku memutih
Hutan-hutanku juga memutih
Sungai-sungai memutih
Dimana hijauku Indonesia ?
Aku melihat langitku menurunkan awan
Juga putih
Apakah ini kabut
Bertanya ?
Gunung-gunungku memutih
Hutan-hutanku juga memutih
Sungai-sungai memutih
Dimana hijauku Indonesia ?
Aku melihat langitku menurunkan awan
Juga putih
Apakah ini kabut
Bertanya ?
Memacu Waktu
Masih beredar
Mata ini belum jua pendar
Memancang tiang radar
Seperti enggan bermimpi
Menekuk pagi
Memusuhi esok hari
Memberi alasan melawan kenyataan
Memecut mimpi yang sangat lamban
Berharap lebih cepat dari ketentuan
Bahwa roda berputar lagi
Mata ini belum jua pendar
Memancang tiang radar
Seperti enggan bermimpi
Menekuk pagi
Memusuhi esok hari
Memberi alasan melawan kenyataan
Memecut mimpi yang sangat lamban
Berharap lebih cepat dari ketentuan
Bahwa roda berputar lagi
Puisi Islami Singkat: Ayat-Ayat Cinta
Sekelumit senja berbicara
Mengulas raut suara tentang cinta
Tegas nan lembut dari bibir sang kelana
Tercengang aku, getar di hulu jiwa
Ayat-ayat bergelimang deras
Pun tuliku kian pangkasi tuntas
Aku tercandu dengung
Obat muram yang tergantung
Sederhana adalah bersamamu
Terjajar di beranda jingga dan merindu
Tafsirkan lakon yang dahulu
Dan memundakkan ikhtibar pada lantai terpadu.
Mengulas raut suara tentang cinta
Tegas nan lembut dari bibir sang kelana
Tercengang aku, getar di hulu jiwa
Ayat-ayat bergelimang deras
Pun tuliku kian pangkasi tuntas
Aku tercandu dengung
Obat muram yang tergantung
Sederhana adalah bersamamu
Terjajar di beranda jingga dan merindu
Tafsirkan lakon yang dahulu
Dan memundakkan ikhtibar pada lantai terpadu.
Puisi Pendek Cinta tentang Rindu
Bebatuan menahan teriakku
Terpantul pikuli jengah kekacauan
Aku tetap menantimu
Sesampai laku berkumandang habiskan rantau-rantau kesuraman
Aku masih menetapi segala ratap yang curam
Dengan sunyi yang menghimpit
Untukmu, rindu
Tiada pernah kubergegas meninggalkanmu
Walau selangkah
Tidak, rindu
Jenuh kian tertarik padamu
Dan selalu ingkar kepada bibir cintaku
Aku masih menanti kepulanganmu
Kaulah kekasih tergelap dari jiwaku
Terpantul pikuli jengah kekacauan
Aku tetap menantimu
Sesampai laku berkumandang habiskan rantau-rantau kesuraman
Aku masih menetapi segala ratap yang curam
Dengan sunyi yang menghimpit
Untukmu, rindu
Tiada pernah kubergegas meninggalkanmu
Walau selangkah
Tidak, rindu
Jenuh kian tertarik padamu
Dan selalu ingkar kepada bibir cintaku
Aku masih menanti kepulanganmu
Kaulah kekasih tergelap dari jiwaku
Puisi Bebas Pendek: Tukang
Tugas terkekang
Tuntutan menyahur hutang
Tuan menyuruh
Bertangguh
Tukang
Tumpuan belakang
Tulang punggung sakit
Bank plecit
Ngoncit
Tukang
Tanpa kernet
Sendiri tangan lecet
Semen panas
Ganas
Tuntutan menyahur hutang
Tuan menyuruh
Bertangguh
Tukang
Tumpuan belakang
Tulang punggung sakit
Bank plecit
Ngoncit
Tukang
Tanpa kernet
Sendiri tangan lecet
Semen panas
Ganas
Cahaya Harapan
Sang fajar begini silau
Menyerap lembab sisa tadi malam
Basahan tanah mulai mengering
Di sekian banyaknya guguran daun
Terselip satu diantaranya
Satu yang memberiku duka panjang
Jika tak ada mendung hujan pun takturun
Bara api yang akan menyala
Takkan mudah padam tanpa air surga
Meski kabut gunung mengurung
Lebih baik dari pada sisa arang
Yang tak bisa berguna lagi
Masih ada setetes cahaya harapan
Untuk bersemi benih buah manis
Yang entah kapan bisa dituai
Seiring waktu yang berjalan
Menyerap lembab sisa tadi malam
Basahan tanah mulai mengering
Di sekian banyaknya guguran daun
Terselip satu diantaranya
Satu yang memberiku duka panjang
Jika tak ada mendung hujan pun takturun
Bara api yang akan menyala
Takkan mudah padam tanpa air surga
Meski kabut gunung mengurung
Lebih baik dari pada sisa arang
Yang tak bisa berguna lagi
Masih ada setetes cahaya harapan
Untuk bersemi benih buah manis
Yang entah kapan bisa dituai
Seiring waktu yang berjalan
Memorandum Ibu Mertua
Anak perempuan jelita sempurna
Dijaga ibu licik sejuta mahu
Yang datang merapat
Ditapis-tapis bak hampas teh
Disaring malah disuling
Dengan propaganda
Berkepentingan
Belum jadi kahwin
Itu ini sudah dipinta
Sudah kahwin
Punya macam-macam acara
Bulan madu berdua jadi bertiga
Kerana ibu mertua turut serta
Tak ada orang nak jaga
Alasan bonanza belaka
Kacau daun tak kira masa.
Dijaga ibu licik sejuta mahu
Yang datang merapat
Ditapis-tapis bak hampas teh
Disaring malah disuling
Dengan propaganda
Berkepentingan
Belum jadi kahwin
Itu ini sudah dipinta
Sudah kahwin
Punya macam-macam acara
Bulan madu berdua jadi bertiga
Kerana ibu mertua turut serta
Tak ada orang nak jaga
Alasan bonanza belaka
Kacau daun tak kira masa.
Puisi Galau Pendek: Racau
Di ombak laut
Hempasan badai
Menina bobokkan cemara
Pucuk daun menari gembira
Berirama burung Tempua
Melayang
Berenang menuju bintang
Bermain
Berirama pelangi malam
Bulan
Bersembunyi dibalik hitam
Dibalik hitam kelam
Berjuta tangan mencengkam
Berbisik merdu merayu
Padaku
Yang sedang meracau
Hempasan badai
Menina bobokkan cemara
Pucuk daun menari gembira
Berirama burung Tempua
Melayang
Berenang menuju bintang
Bermain
Berirama pelangi malam
Bulan
Bersembunyi dibalik hitam
Dibalik hitam kelam
Berjuta tangan mencengkam
Berbisik merdu merayu
Padaku
Yang sedang meracau
Kehampaan
Hati ingin menampik kesalahan
Namun kebenaran hanya milik pembelaan
Sedang resah telah mengalungi beku
Sudah mengendap luapan tangis
Menuangkan kepedihan yang selalu mendawai
Meronce hari berganti dengan kehampaan
Namun kebenaran hanya milik pembelaan
Sedang resah telah mengalungi beku
Sudah mengendap luapan tangis
Menuangkan kepedihan yang selalu mendawai
Meronce hari berganti dengan kehampaan
Puisi Pendek Romantis: Matamu
Adalah muara segala puisiku
Tenggelam dalam dekapnya
Mengurai ausnya kelu sunyi tak terkataku
Matamu
Adalah puisiku yang memuisikanku
Ays
Andai kau masih disini
Kan kulukis kembali potretmu
Tenggelam dalam dekapnya
Mengurai ausnya kelu sunyi tak terkataku
Matamu
Adalah puisiku yang memuisikanku
Ays
Andai kau masih disini
Kan kulukis kembali potretmu
Puisi Singkat: Kuota rindu
Di sini
Malam kelam berlumur air hujan
Aku menyapa
Apa kabar mu di sana
Wahai bidadari surga
Tepikan saja rasa risau mu di dada
Bersama malaikat kecil kita
Bila perlu jauhkan saja
Galaumu hingga menembus kutub utara
Tenang serta damaikan
Hatimu duhai belahan jiwa
Di kesunyian dan kedalaman surga cinta kita
Sebab kuota rinduku padamu
Masih tersisa satu tera
Malam kelam berlumur air hujan
Aku menyapa
Apa kabar mu di sana
Wahai bidadari surga
Tepikan saja rasa risau mu di dada
Bersama malaikat kecil kita
Bila perlu jauhkan saja
Galaumu hingga menembus kutub utara
Tenang serta damaikan
Hatimu duhai belahan jiwa
Di kesunyian dan kedalaman surga cinta kita
Sebab kuota rinduku padamu
Masih tersisa satu tera
Teras Senja
Gumam dera jiwa hampa
Telisik lembaran pada ejaan-ejaan tua
Hasrat ini terjalar mendahaga
Kelaparan berlipat-lipat ganda
Senja bercurah terapit jingga
Candu itu bergolak dengan makna
Kusut ciderai cerita lama
Sesal berkembang menyumpal pembuluh dada
Telisik lembaran pada ejaan-ejaan tua
Hasrat ini terjalar mendahaga
Kelaparan berlipat-lipat ganda
Senja bercurah terapit jingga
Candu itu bergolak dengan makna
Kusut ciderai cerita lama
Sesal berkembang menyumpal pembuluh dada
Rindu di Kulit Senja
Mega merona jingga
Seakan membisik rindu
Kicau burung iringi cakrawala
Meradang jiwa, sendu
Binar mentari nan tenggelam
Rindu menyayat jiwa
Langit sunyi,nan suram
Menanti penglipur lara
Riuh angin lambaikan daun senja
Sampaikan rinduku padanya
Hanya dia yang kudamba
Moga abadi sampai ujung nyawa
Seakan membisik rindu
Kicau burung iringi cakrawala
Meradang jiwa, sendu
Binar mentari nan tenggelam
Rindu menyayat jiwa
Langit sunyi,nan suram
Menanti penglipur lara
Riuh angin lambaikan daun senja
Sampaikan rinduku padanya
Hanya dia yang kudamba
Moga abadi sampai ujung nyawa
Aksara Jaga
Tidur terjaga,terjaga dalam tidur
Dipeluk rembulan di alam membiru
Tangis air mata saksi sebuah ketulusan
Dari harapan yang mengakar binar nurani
Dipeluk rembulan di alam membiru
Tangis air mata saksi sebuah ketulusan
Dari harapan yang mengakar binar nurani
Kicauanku
Malam mulai menghampiri
Raguku untuk menggrogoti
Mampu kah diri berlayar sendiri, saat sepi menghantui
Ombak membelai
Badai mencumbui
Jiwa beraga namun membeku
Pada deraian hujan membasahi kalbu
Desiran angin menggontaikan langkahku
Hangatnya mentari menambah bara
Jiwa bercinta dengan lara yang berbalut luka
Ingin ku lari berbagi duka yang menepi
Dirimu tak jua menghampiri
Raguku untuk menggrogoti
Mampu kah diri berlayar sendiri, saat sepi menghantui
Ombak membelai
Badai mencumbui
Jiwa beraga namun membeku
Pada deraian hujan membasahi kalbu
Desiran angin menggontaikan langkahku
Hangatnya mentari menambah bara
Jiwa bercinta dengan lara yang berbalut luka
Ingin ku lari berbagi duka yang menepi
Dirimu tak jua menghampiri
Kabut Senja
Mega kelabu
Menyapa santun rindu
Seburat angan terlintas depanku
Menanyakan kerisauan hatiku
Semakin pekat hitam megaku
Gerimis berdatangan singgahi bumiku
Pijak kaki tak terjejaki langkahku
Rinai hujan memburu sepiku
Asap tebal tutupi jalanku
Setapak jingga temaniku
Berjejak gulana kalbuku
Menyusuri rindu padamu
Menyapa santun rindu
Seburat angan terlintas depanku
Menanyakan kerisauan hatiku
Semakin pekat hitam megaku
Gerimis berdatangan singgahi bumiku
Pijak kaki tak terjejaki langkahku
Rinai hujan memburu sepiku
Asap tebal tutupi jalanku
Setapak jingga temaniku
Berjejak gulana kalbuku
Menyusuri rindu padamu
Puing Kenangan
Dalam risau kami bertanya:
Manakah surau-surau itu ?
Tempat kami mencari ilmu
Manakah tanah lapang itu ?
Tempat gembala dan bola-bola
Kawanan bocah bermain lincah
Ah, hanya bayangan saja
Nyatanya bangunan sekolah tampak rata
tak tersisa, tak teraba
Manakah surau-surau itu ?
Tempat kami mencari ilmu
Manakah tanah lapang itu ?
Tempat gembala dan bola-bola
Kawanan bocah bermain lincah
Ah, hanya bayangan saja
Nyatanya bangunan sekolah tampak rata
tak tersisa, tak teraba
Tanah Basah
Lihatlah kasih langit
Curahan hujan basahi bumi
Tanah basah kembali subur
Dengarlah nyanyian katak bersenandung
Senyum petani menanam benih
Kelakar bocah main hujan-hujanan
Murung sang ibu cucian belum kering
Curahan hujan basahi bumi
Tanah basah kembali subur
Dengarlah nyanyian katak bersenandung
Senyum petani menanam benih
Kelakar bocah main hujan-hujanan
Murung sang ibu cucian belum kering
Berguru Pada Alam
Belajar pada angin
Berdaya menyentuh segala
Tanpa tunjukan rupa
Menghalau panas dan luka
Atau hangatnya api
Pada nyala kecil lentera
Bias cahaya terangi semesta
Bahkan kobarannya sebagai penanda
Babak baru siklus manusia
Tanahpun sering menasiahati
Bahwa memberi adalah bakti
Meski harus kikis saripati diri
Berdaya menyentuh segala
Tanpa tunjukan rupa
Menghalau panas dan luka
Atau hangatnya api
Pada nyala kecil lentera
Bias cahaya terangi semesta
Bahkan kobarannya sebagai penanda
Babak baru siklus manusia
Tanahpun sering menasiahati
Bahwa memberi adalah bakti
Meski harus kikis saripati diri
Aku Bukan Penganggur
Selain segulung rokok
Dari a sampai z
Adalah tar dan nikotin
Tanpanya, aku mayat bisu
Penyampaian jiwa
Menerusi tinta
Hari tanpa menulis
Seperti dunia tanpa kopi
Alkisah makanan tiada garam
Bunga tidak punya haruman lagi
Sekurang-kurangnya
Andai ditanyakan orang
Apa pekerjaanmu ?
Aku jawabkan pada sekalian
Mereka itu
Aku seorang penulis
Dari a sampai z
Adalah tar dan nikotin
Tanpanya, aku mayat bisu
Penyampaian jiwa
Menerusi tinta
Hari tanpa menulis
Seperti dunia tanpa kopi
Alkisah makanan tiada garam
Bunga tidak punya haruman lagi
Sekurang-kurangnya
Andai ditanyakan orang
Apa pekerjaanmu ?
Aku jawabkan pada sekalian
Mereka itu
Aku seorang penulis
Puisi Pendek Menyentuh Hati: Pendosa
Dekap mendalam
Degub binal
Desah memecah celah
Dinding berbisik lirih
Peluh mengucur binasa
Terlena sesat
Kelam sesaat
Jangkrik terus mengeong
Tidak ada suara lain membelah kesunyian
Kasak-kusuk daun karena angin
Hawa sejuk lanjut merasuk
Terkapar di antara kilau bulan bintang
Tertusuk nyeri embun yang tak kunjung redup
Degub binal
Desah memecah celah
Dinding berbisik lirih
Peluh mengucur binasa
Terlena sesat
Kelam sesaat
Jangkrik terus mengeong
Tidak ada suara lain membelah kesunyian
Kasak-kusuk daun karena angin
Hawa sejuk lanjut merasuk
Terkapar di antara kilau bulan bintang
Tertusuk nyeri embun yang tak kunjung redup
Puisi Religi Pendek: Selepas Salam
Di selapas salam
Aku tak bisa memelukmu
Tak ada cucuran kehinaan
Doa-doa dihamburkan hampa
Takbir pun terhenti
Pengagungan mengkhusyuk jabatan
Ciuman-ciuman tipuan diabadikan
Aroma parfum senandungkan pujian
Di seusai salam
Mata tak lagi menangkap rinai sesal
Kekosongan mengalirkan jumawa
Aku merindumu di desah hujan
Aku tak bisa memelukmu
Tak ada cucuran kehinaan
Doa-doa dihamburkan hampa
Takbir pun terhenti
Pengagungan mengkhusyuk jabatan
Ciuman-ciuman tipuan diabadikan
Aroma parfum senandungkan pujian
Di seusai salam
Mata tak lagi menangkap rinai sesal
Kekosongan mengalirkan jumawa
Aku merindumu di desah hujan
***
Demikian kumpulan contoh puisi pendek semoga bisa membantu kamu untuk mengerjakan tugas Bahasa Indonesia yang diberikan oleh guru di sekolah.
0 Response to "100+ Kumpulan Puisi Terupdate"
Post a Comment