Cerpen Jomblo Bahagia
Jomblo
Bahagia
“Hai, Sha!” sapa seorang cewek yang dengan
seenaknya menjitak kepalaku lalu duduk di sampingku dengan senyum lebar. Aku
meringis kesakitan sambil memegang kepalaku, lalu menatapnya dengan tatapan
sinis.
“Wihhh… tatapan kamu itu lho, Sha. Kayak ada manis-manisnya gitu.” Ucap cewek itu masih dengan senyum lebarnya.
“Masih Pagi, Tara. Kalau mau berantem, entar aja deh. Nggak ada waktu aku.”
“Eh, jangan marah dulu, Sashaku yang cantik. Aku punya kabar gembira untukmu. Kamu kenal sama Dito, kan? Itu lho, Sha, si Dito anak kelas XI IPS 2. Ternyata dia itu suka sama kamu. Cieee… selamat ya, Sha, kamu bakal dapat pacar lagi, nih!” Kata cewek itu sambil tertawa kecil.
Pacar? What? Untuk ke sekian kalinya aku dicomblangin oleh cewek aneh ini. Tara, cewek aneh yang sejak dulu selalu memaksaku untuk pacaran walau sebenarnya aku selalu menolak.
“Wihhh… tatapan kamu itu lho, Sha. Kayak ada manis-manisnya gitu.” Ucap cewek itu masih dengan senyum lebarnya.
“Masih Pagi, Tara. Kalau mau berantem, entar aja deh. Nggak ada waktu aku.”
“Eh, jangan marah dulu, Sashaku yang cantik. Aku punya kabar gembira untukmu. Kamu kenal sama Dito, kan? Itu lho, Sha, si Dito anak kelas XI IPS 2. Ternyata dia itu suka sama kamu. Cieee… selamat ya, Sha, kamu bakal dapat pacar lagi, nih!” Kata cewek itu sambil tertawa kecil.
Pacar? What? Untuk ke sekian kalinya aku dicomblangin oleh cewek aneh ini. Tara, cewek aneh yang sejak dulu selalu memaksaku untuk pacaran walau sebenarnya aku selalu menolak.
Bagiku, pacaran itu nggak
penting. Hanya buang-buang waktu saja. Mending di rumah, mengurung diri di
kamar tercinta sambil baca novel atau dengar musik dan chattingan sama sahabat.
Itu sedikit lebih berguna daripada pacaran. Ah, tapi Tara tau apa soal jomblo?
Cewek itu kan nggak pernah merasakan jomblo. dia selalu gonta-ganti pacar
setiap 3 bulan. Aneh!
“Nggak deh, Ra. Buat kamu
aja tuh si Dito. Aku nggak butuh pacar. Males!” Ucapku datar. Dan sudah bisa
kuduga apa yang akan Tara lakukan selanjutnya. Dia pasti akan memaksaku.
“Aduh, Sasha… ketinggalan zaman banget sih kamu! pacaran itu penting buat anak remaja kayak kita. Kalau bukan dengan pacaran, dengan apa lagi dong kita bisa bahagia? Nggak ada, kan? Kok kamu nyaman banget ya jadi jomblo. Jomblo itu tertindas. Selalu sendiri dan merasa kesepian. Aku yakin kamu pasti nggak bahagia.” Tebak Tara dengan mata berbinar-binar, seolah tebakannya benar. Padahal meleset jauh.
“Aduh, Sasha… ketinggalan zaman banget sih kamu! pacaran itu penting buat anak remaja kayak kita. Kalau bukan dengan pacaran, dengan apa lagi dong kita bisa bahagia? Nggak ada, kan? Kok kamu nyaman banget ya jadi jomblo. Jomblo itu tertindas. Selalu sendiri dan merasa kesepian. Aku yakin kamu pasti nggak bahagia.” Tebak Tara dengan mata berbinar-binar, seolah tebakannya benar. Padahal meleset jauh.
“Siapa bilang jomblo itu
selalu tertindas? Siapa bilang jomblo selalu sendiri dan kesepian? Siapa bilang
aku nggak bahagia? Pertanyaan aneh. Aku nggak merasa tertindas, kesepian,
apalagi sendiri. Dan aku tetap bahagia walaupun tanpa pacar. Jadi kamu nggak
usah paksa aku untuk pacaran.”
“Ih ya udah! Terserah kamu, deh. Dasar kuper!” Tara Sebal.
“Terserah kamu mau bilang apa. yang jelas aku akan tetap pada statusku. Jomblo. Jomblo bahagia, mennn.” Ucapku sambil mengedipkan mataku. Tara langsung berdiri begitu saja dan meninggalkanku tanpa sepatah kata pun.
Ah, biarin. Entah kenapa Tara selalu memaksaku untuk pacaran. Apa untungnya, sih? Nggak penting banget.
“Ih ya udah! Terserah kamu, deh. Dasar kuper!” Tara Sebal.
“Terserah kamu mau bilang apa. yang jelas aku akan tetap pada statusku. Jomblo. Jomblo bahagia, mennn.” Ucapku sambil mengedipkan mataku. Tara langsung berdiri begitu saja dan meninggalkanku tanpa sepatah kata pun.
Ah, biarin. Entah kenapa Tara selalu memaksaku untuk pacaran. Apa untungnya, sih? Nggak penting banget.
Aku kembali fokus pada
kegiatanku yang sempat tertunda tadi. Baca novel favorit sambil dengar musik
lewat earphone. Menyenangkan. Tanpa ada gangguan dari makhluk yang bernama
pacar.
Seandainya Tara tau kalau jomblo itu sangat membahagiakan… Huh! Biarin ajalah. Mungkin dia pengen merasakan sakitnya pacaran.
Seandainya Tara tau kalau jomblo itu sangat membahagiakan… Huh! Biarin ajalah. Mungkin dia pengen merasakan sakitnya pacaran.
Tiga hari semenjak
kejadian kemarin Tara meneleponku dengan suara serak.
“Aku diputusin Rega, Sha. Ternyata dia punya pacar lain selain aku. Padahal aku sayang banget sama dia. Tapi kok dia tega, sih?” Begitu curhat Tara yang dia ceritakan sambil menangis. Aku jadi kasihan. Ingin memeluknya tapi kita berjauhan. Aku memutuskan untuk memeluknya dengan nasihatku. Dengan harapan bisa menghiburnya.
Tapi dia masih saja membantah.
“Aku nggak mau jomblo, Sha. Jomblo itu nggak bahagia.”
“Kamu dengar dari siapa sih itu? Mitos tuh. Buktinya aku bahagia. Kamu tahu nggak untungnya jadi jomblo? Pertama, kamu bisa bebas ngapain aja dan kemana aja tanpa ada gangguan dari pacar. Kedua, kamu bisa lebih serius belajar. Ketiga, kamu bebas bergaul dengam siapa aja. Dan keempat, hubungan kamu sama Tuhan, keluarga, dan sahabat akan semakin dekat.” Jelasku panjang lebar. Mulutku sampai berbusa-busa dibuatnya.
Eh, tapi buat apa jelasin ini? Toh Tara nggak akan mau juga jadi jomblo. Dan pasti dia akan membantahku. Tapi aku langsung terkejut mendengar tanggapan Tara. Sungguh benar-benar diluar dugaanku.
“Aku diputusin Rega, Sha. Ternyata dia punya pacar lain selain aku. Padahal aku sayang banget sama dia. Tapi kok dia tega, sih?” Begitu curhat Tara yang dia ceritakan sambil menangis. Aku jadi kasihan. Ingin memeluknya tapi kita berjauhan. Aku memutuskan untuk memeluknya dengan nasihatku. Dengan harapan bisa menghiburnya.
Tapi dia masih saja membantah.
“Aku nggak mau jomblo, Sha. Jomblo itu nggak bahagia.”
“Kamu dengar dari siapa sih itu? Mitos tuh. Buktinya aku bahagia. Kamu tahu nggak untungnya jadi jomblo? Pertama, kamu bisa bebas ngapain aja dan kemana aja tanpa ada gangguan dari pacar. Kedua, kamu bisa lebih serius belajar. Ketiga, kamu bebas bergaul dengam siapa aja. Dan keempat, hubungan kamu sama Tuhan, keluarga, dan sahabat akan semakin dekat.” Jelasku panjang lebar. Mulutku sampai berbusa-busa dibuatnya.
Eh, tapi buat apa jelasin ini? Toh Tara nggak akan mau juga jadi jomblo. Dan pasti dia akan membantahku. Tapi aku langsung terkejut mendengar tanggapan Tara. Sungguh benar-benar diluar dugaanku.
“Hmmm… kamu benar, Sha.
Selama ini aku lebih sering sama Rega. Sampai-sampai aku lupa akan
kewajibanku.” Sesal Tara.
“Jadi gimana selanjutnya?” Aku mencoba bertanya meski jawabannya bisa ku tebak.
“Aku akan jadi seperti kamu.”
“Maksud kamu?” Sekali lagi aku memberikan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu kuberikan. Aku sudah mengerti maksudnya. Hanya saja aku ingin Tara mengucapkannya dari mulutnya sendiri.
“Aku nggak mau pacaran lagi. Aku akan jadi kayak kamu. Jomblo.” Ucap Tara mantap.
“Yakin??” Godaku sekali lagi.
“Iya dong. Yakin 100 persen.”
“Nah, gitu dong. Dari dulu kek. Aku yakin, hidup kamu akan lebih bahagia lagi setelah kamu nggak pacaran.” Ucapku sambil tersenyum lebar walau sebenarnya Tara tidak melihat senyumku. Eits, aku tersenyum bukan ingin dilihat Tara kok.
Aku tersenyum karena bisa membuat Tara mengerti kalau jomblo itu nggak tertindas. Jomblo nggak selalu merasa kesepian. Dan jomblo nggak pernah sendiri. Jomblo itu menyenangkan.
“Jadi gimana selanjutnya?” Aku mencoba bertanya meski jawabannya bisa ku tebak.
“Aku akan jadi seperti kamu.”
“Maksud kamu?” Sekali lagi aku memberikan pertanyaan yang seharusnya tidak perlu kuberikan. Aku sudah mengerti maksudnya. Hanya saja aku ingin Tara mengucapkannya dari mulutnya sendiri.
“Aku nggak mau pacaran lagi. Aku akan jadi kayak kamu. Jomblo.” Ucap Tara mantap.
“Yakin??” Godaku sekali lagi.
“Iya dong. Yakin 100 persen.”
“Nah, gitu dong. Dari dulu kek. Aku yakin, hidup kamu akan lebih bahagia lagi setelah kamu nggak pacaran.” Ucapku sambil tersenyum lebar walau sebenarnya Tara tidak melihat senyumku. Eits, aku tersenyum bukan ingin dilihat Tara kok.
Aku tersenyum karena bisa membuat Tara mengerti kalau jomblo itu nggak tertindas. Jomblo nggak selalu merasa kesepian. Dan jomblo nggak pernah sendiri. Jomblo itu menyenangkan.
So Guys, jangan pernah
malu jadi jomblo. Karena hidup ini nggak selamanya tentang pacar. Salam, Jomblo
Bahagia.
0 Response to "Cerpen Jomblo Bahagia"
Post a Comment